Analog Camera in Digital era?? Why not?

alhamdulillah setelah sekian lama tidak menulis blog,akhirnya hari ini kesampean juga untuk menulis di blog ini. Dan judul yang saya usung ini akan bercerita tentang hobi baru saya di dunia fotografi.

Bermula dari pertama masuk kuliah, pertama kali tau rasanya menjadi mahasiswa. Entah ada angin apa, dari sekian banyak kegiatan luar kampus yang ada, saya memilih untuk masuk ke komunitas fotografi. namun ketika itu saya belum punya kamera sama sekali,sehingga kalau ada hunting bareng selalu minjem kamera sana-sini. Ternyata hal itu pula yang akhirnya sedikit membatasi minat saya akan dunia ini. Saya akhirnya keluar dari komunitas itu karena tidak punya kamera pegangan sendiri (miris sih kalau di ingat-ingat)

Lalu kemudian minat itu kembali bergejolak ketika saya ada sedikit rejeki dan memutuskan untuk melanjutkan minat yang dahulu sempat terhenti. Ketika itu saya inginnya membeli kamera DSLR, namun apa daya karena uang yang saya kumpulkan masih terlampau jauh, maka saya memutuskan untuk membeli SLR (gak pake "D") saja. Mungkin ada yang masih bingung apa itu DSLR dan SLR? huruf D itu berarti Digital yang berarti SLR yang sudah menggunakan digital frame. Sedangkan SLR (Single Lens Reflex) itu sendiri berarti kamera analog. Ya, tepat seperti yang anda bayangkan, kamera ini masih menggunakan roll film.

Kamera analog pertama saya adalah Canon EOS 888 QD yang juga merupakan kamera pertama yang saya miliki selama hidup saya. Pada awalnya sih agak iri ketika lihat orang-orang kesana-sini bawa kamera DSLR. Tapi setelah mendalami dengan membaca ilmu dari berbagai sumber, ternyata menjadi Analog User memiliki kesenangan tersendiri. Banyak yang bertanya pada saya, "lho bukannya biayanya justru lebih mahal? kan masih keluar uang buat beli roll dan cetak?", jawab saya simpel "itu memang benar, tapi justru proses itulah yang membuat aura fotografi semakin kental", dan yang terpenting dari semua itu, saya menikmatinya.Tanpa maksud membandingkan, dengan kamera analog yang hasilnya tidak bisa kita lihat secara instan, tentunya hikmah terbesar yang bisa kita ambil adalah kita harus benar-benar optimal dan maksimal dalam mengambil tiap frame nya. Karena kamera ini tidak mempunyai fitur preview dan delete jadi apa yang akan kita ambil tidak boleh sembarangan, kecuali memang berniat untuk menghambur-hamburkan film. 

Kembali lagi ke cerita saya, ternyata dunia fotografi ini menarik minat saya, dan ketika teman satu kosan mengetahui bahwa saya memiliki kamera, ternyata racun-racun ini menyebar ke benak mereka dan alhamdulillah sekarang saya jadi ada temen hunting foto. Kamera pertama saya tadi ternyata diminati oleh teman kos saya dan ia hendak membelinya. Sebetulnya sih sayang,tapi kebetulan saat itu saya memang sedang mengincar kamera baru jadi kamera lama saya lepaskan saja ke dia. Sama dengan saya,teman-teman yang awalnya bekum ada minat ber-fotografi, sekarang mulai tertarik dan mulai belajar otodidak dari nol. Kami sering sharing-sharing ilmu, sharing foto dan giat membaca majalah dan artikel fotografi. Dan ternyata, seru juga.

Setelah kamera pertama saya berpindah tangan, lalu muncullah kamera kedua saya, yaitu Canon EOS 500N. Masih berputar dengan canon, kamera kedua ini mempunyai lebih banyak fitur di dalamnya. Jadi saya lebih bisa mengeksplor dan mencoba satu persatu mengenai fiturnya. Lumayan seru, dan saya mencoba dengan berbagai macam kombinasi settingan. Mulai dari main DOF (Depth of Field), main Sutter Speed, hingga mencoba teknik-teknik bokeh. Memang sih sampai saat ini roll film yang sudah saya pakai belum sempat saya cuci scan karena belum ada waktu dan dana. Jadi hasil fotonya masih belum bisa saya share disini. Insya Allah bulan depan akan saya share hasil foto dengan kamera baru tersebut.

Kamera ini sekarang menjadi kamera kesayangan sekaligus keandalan saya. Tentunya saya ingin mengeskplor lebih jauh kamera ini. mungkin dengan membeli berbagai macam lensa dan ber-inovasi dengan berbagai macam teknik. Seorang fotografer terkenal pernah mengatakan "Kamera terbaik adalah kamera yang anda miliki sendiri". Jadi tentunya saat ini, Canon EOS 500N inilah kamera terbaik saya. 

Jika mungkin anda bertanya, apa sih yang membuat saya beralih hobi ke dunia fotografi ini. Jadi begini, pemikiran saya sederhana saja. Intinya saya ingin selalu bisa menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri. Di perkuliahan, tiap hari otak kiri saya di forsir dengan dijejali teori-teori yang membosankan. Oleh karenanya, tentunya saya butuh sesuatu yang dapat menyeimbangkan otak saya itu. Maka mulailah saya coba-coba di dunia fotografi. Yah mungkin saya masih newbie, saya masih tahu dasar-dasarnya saja mengenai fotografi ini. Gambar yang saya hasilkan pun bisa dibilang masih dalam taraf Cupu dan masih banyak kekurangan. Tapi dari kesemuanya itu, setidaknya saya bisa menyalurkan emosi saya. Mungkin orang-orang tidak mengatakan foto saya bagus, tapi setidaknya foto itu memuaskan saya sendiri. Ada kepuasan batin yang tidak ternilai ketika melihat hasil karya sendiri. So? anda tertarik dengan hal semacam ini? silakan dicoba sendiri, semoga suksesss..