Thursday, March 29, 2012

Lensa Berjamur? Try this one!

Ilmu ini saya kutip dari Website: Click Here
Terobsesi dari aduan teman-teman yang lensanya suka berjamur karena penyimpanan yang tidak benar, lalu saya mencoba mencari artikel terkait hal tersebut. silakan disimak,semoga bermanfaat.

Kesal dengan jamur yang menggelayut di bagian dalam lensa namun tidak mau membuang-buang duit ratusan ribu rupiah, coba dulu tips yang satu ini.

Peralatan yang diperlukan:
1. Obeng minus.
2. Kain lap bersih.
3. Cairan pembersih lensa.
4. Hair dryer.


Perhatikan: pada bagian depan lensa biasanya terdapat ring yang memiliki ceruk. Ceruk ini agaknya dibuat oleh pabrik lensa untuk membantu membongkar-pasang lensa. Dalam kasus ini, lensa yang diservis adalah Nikkor 18-200 VR.

Pertama-tama, ujung obeng dimasukkan ke dalam ceruk ring lensa.



Untuk menghindari terjadinya goresan, balutlah ujung obeng dengan kain lap (chamois) yang bersih.
Selanjutnya, putarlah ring lensa ke arah berlawanan jarum jam.



Lensa pun terbongkar



Ruang Gelap-Sebuah Majalah Analog User dari Jogjakarta

Tulisan ini saya share dari situs: Click sini
Majalah Fotografi dari KAJ, Kamera Analog Jogjakarta adalah sebuah komunitas bagi mereka yang masih setia memakai kamera analog, yaitu kamera dengan sensor berupa rol film, yang saya temui kebanyakan memakai SLR, RF, ada juga kamera sekelas lomo, ato malah toycam, dan kamera lainnya, sebenarnya yang medium format juga ada. Dalam tiap waktunya, biasanya sebulan atau dua bulan mereka membuat majalah yang dinamakan Ruang Gelap, yang berisi kumpulan foto yang tentunya menggunakan kamera analog. Tidak usah berlama-lama langsung saja silahkan donwnload.
untuk join di facebook silahkan klik saja link nya

Tuesday, March 27, 2012

The Best Shots-February 2012

This is some of my best shots from Canon EOS 888 QD
Using Superia Fujicolor ASA 200 and Kodak Color Plus ASA 200
(Click Image to view Original Size)

Analog Camera in Digital era?? Why not?

alhamdulillah setelah sekian lama tidak menulis blog,akhirnya hari ini kesampean juga untuk menulis di blog ini. Dan judul yang saya usung ini akan bercerita tentang hobi baru saya di dunia fotografi.

Bermula dari pertama masuk kuliah, pertama kali tau rasanya menjadi mahasiswa. Entah ada angin apa, dari sekian banyak kegiatan luar kampus yang ada, saya memilih untuk masuk ke komunitas fotografi. namun ketika itu saya belum punya kamera sama sekali,sehingga kalau ada hunting bareng selalu minjem kamera sana-sini. Ternyata hal itu pula yang akhirnya sedikit membatasi minat saya akan dunia ini. Saya akhirnya keluar dari komunitas itu karena tidak punya kamera pegangan sendiri (miris sih kalau di ingat-ingat)


Lalu kemudian minat itu kembali bergejolak ketika saya ada sedikit rejeki dan memutuskan untuk melanjutkan minat yang dahulu sempat terhenti. Ketika itu saya inginnya membeli kamera DSLR, namun apa daya karena uang yang saya kumpulkan masih terlampau jauh, maka saya memutuskan untuk membeli SLR (gak pake "D") saja. Mungkin ada yang masih bingung apa itu DSLR dan SLR? huruf D itu berarti Digital yang berarti SLR yang sudah menggunakan digital frame. Sedangkan SLR (Single Lens Reflex) itu sendiri berarti kamera analog. Ya, tepat seperti yang anda bayangkan, kamera ini masih menggunakan roll film.

Kamera analog pertama saya adalah Canon EOS 888 QD yang juga merupakan kamera pertama yang saya miliki selama hidup saya. Pada awalnya sih agak iri ketika lihat orang-orang kesana-sini bawa kamera DSLR. Tapi setelah mendalami dengan membaca ilmu dari berbagai sumber, ternyata menjadi Analog User memiliki kesenangan tersendiri. Banyak yang bertanya pada saya, "lho bukannya biayanya justru lebih mahal? kan masih keluar uang buat beli roll dan cetak?", jawab saya simpel "itu memang benar, tapi justru proses itulah yang membuat aura fotografi semakin kental", dan yang terpenting dari semua itu, saya menikmatinya.Tanpa maksud membandingkan, dengan kamera analog yang hasilnya tidak bisa kita lihat secara instan, tentunya hikmah terbesar yang bisa kita ambil adalah kita harus benar-benar optimal dan maksimal dalam mengambil tiap frame nya. Karena kamera ini tidak mempunyai fitur preview dan delete jadi apa yang akan kita ambil tidak boleh sembarangan, kecuali memang berniat untuk menghambur-hamburkan film.